Senyum Gadis anggun di Lensa senja
Gubuk tua di sudut Desa
itu adalah tempat biasa ku habiskan waktu ketika Ba’da Ashar, hal yang
mendasar mengapa aku lebih memilih tempat itu ketimbang tempat keramaian
seperti yang sahabbat-ku yang lainnya
lakukan, Tidak lain adalah karena pemandangannya yang hijau, angin yang semilir
menghapus penat ku kala seharian
mengkabiskan waktu di tempat kerja, ia berada di tangah-tengah hamparan
padi yang menghijau. Belum lagi Gemercik air di sawah menghipnotisku membawa rasa
syukurku kepada yang Esa, tentang ke agungan Nya menciptakan pemandangan yang
begitu indah ini, indahnya laksana lukisan di atas kanvas dengan belaian
kuas-kuas para pelukis jalanan, yang penuh kecermatan sentuhan ke indahan.
Namun hari ini hati ku bergemuruh sebab ku lihat di ujung
sana tepatnya di atas bukit barisan yang menghijau itu ada sepercik kabut hitam
memberitanda akan turun hujan hari ini, tak perlu waktu yang lama kabut itu telah sampai di atas gubuk yang ku
singgahi, hembusan angin kencang itu yang membawanya datang di atas ku. Benar
saja tetesan air itu mulai terdengar di atas gubuk ku, petir mulai menampakkan
kilatannya , rasa dingin mulai menyelimuti tubuh ku, aku mulai kaku tatkala
ujan semakin deras belum lagi suara
Guntur seakan mengoyak jantung ku
sebab suaranya bagikan suara letusan bom. Ya Tuhan lihat lah hamba mu di sini
sendiri menyaksikan kehebatan Engkau meciptakan suara Guntur ini dan kilatan
petir itu, aku merasa takut menerimanya beri aku perlindungan Tuhan (do’a ku
dalam hati ).
Selang beberapa menit hujan pun mulai mereda , meskipun awan
masih menghitam,dan semakin lama
hujannya semakin habis. Tapi aku masih
merasa ragu kalau hujan akan benar-benar berhenti sebab lukisan awan hitam itu
belum juga beranjak pergi di singgasana langit. Angin mulai berarak memaksa
awan hitam pergi, akhirnya langit biru
mulai terlihat dan sinaran mentari pun mulai menghangatkan tubuh ku.
Ada hal yang menarik hari ini tak seperti biasanya tak
seperti hari-hari yang lain setelah hujan reda ketika aku mengunjungi tampat
ini. Lihat lah di sana ada lembayung warna-warni yang begitu indah ia adalah
PELANGI itu lah yang membuat hari ini begitu berbeda. Lebih menerik lagi ketika
ada bayangan Gadis anggun dengan senyumnya yang khas sela-sela Pelangi itu. Senyuman indah itu
adalah milik seorang Gadis anggun
yang selalu datang dalam mimpi
malam ku. Gadis itu adalah seorang Mahasiswi semester Enam (VI) di salah satu
Perguruan Tinggi. Yang ada Dikota Medan.
Suasana keindahan hari ini berakhir ketika suara katak mulai
berbunyi dan suara janggkrik mulai berbisik di telinga ku, Dan kulihat mentari
mulai menghilang di balik bukit barisan, memberikan tanda senja telah berlalau
dan malam akan hadir mengantikan siang.
Meskipun begitu aku masih belum ingin beranjak pergi meninggalkan gubuk itu,aku
ingin menghabiskan waktu di sini hingga malam tiba.
Lalu ku bakar rokok
yang ada di saku celana ku. Berlahan ku nikmati racikan tembakau made in usa
itu.